KKN (Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Ngangenin? )


Hi everyone. Sadar udah lama vakum nulis blog karena sekali lagi miskin kata alias kena writer's block, tapi tetap ga lupa buat menceritakan ulang beberapa momen yang terjadi setahun belakangan.

Salah satunya bagaimana kisah ini bermula di Januari tahun lalu, dan berlanjut menjadi makin intens selama kurang lebih dua bulan di enam bulan berikutnya, tepatnya bulan Juli 2018. Long-short story, jadi awalnya gue ditawarin oleh salah satu teman satu jurusan untuk gabung dan apply proposal buat daftar diprogram tahunan KUKERTA LPPM kampus yang bagian tematik. Yang bikin gue tertarik lantas mengiyakan ajakan tersebut, karena gue ga mau direpotkan dengan prosedur "berebut" lokasi kukerta dalam waktu sebulan sebelum keberangkatan menuju desa tujuan. Belum lagi melihat teman gue yang apply di program kukerta ini dapat nightmare ga dapet desa yang diincar, justru “dibuang” ke desa yang bahkan setelah dijalani ga sedikit yang bilang ZONK. Nightmare banget kan hahaha!
Selain itu, positifnya program tematik ini kita bisa milih anggota tim yang ingin kita rekrut, desa yang ingin kita tuju, dan apa program kerja serta sasarannya. Jadi semuanya udah ter-manage dengan baik jauh sebelum program kukertanya dieksekusi. Terlepas dari itu, pendanaan juga tersedia meskipun ga sebanyak, dan fasilitasnya ga semewah program kukerta yang satunya lagi, tapi ya setidaknya cukup membantu.

Waktu pertama kali forum dibuat untuk perkenalan dengan 8 anggota lainnya, sekaligus membahas apa proker yang ingin dilakukan di lokasi, first impression pertama gue sama semua anggota obviously MENYENANGKAN. Ya karena semuanya kan baru kenal, kecuali yang gue kenal cuma temen yang ngajakin gue gabung itu. Yang lain? Bener-bener baru saat itu kenalnya. Drama-drama udah muncul waktu itu, mulai debat soal proker, budgeting, sampai drama karena lokasi kami harus switch karena ternyata desa yang kami apply pertama kali bukan zona program kampus.

Oke lanjut.

Setelah semua debat tertelan, semua ego reda, semua drama pra-keberangkatan terselesaikan, akhirnya kami tiba di desa yang dua bulan akan kami explore dan kembangkan. Minggu-minggu pertama seolah menjadi sapaan manisnya saja, ibarat memakan permen dengan kadar gula tinggi, gigitan pertama mengantarkan rasa manis dimulut namun setelah tertelan tersisa nyeri yang menyangkut di tenggorokan. Semua persoalan mulai mencuat ke permukaan, terbukanya karakter asli anggota tim paling menjadi boomerang runtuhnya kekompakan yang sudah diusahakan terbangun diawal dengan harapan terjalin kokoh saat di kampung orang. Usaha perbaikan yang dilakukan seperti mengadakan intropeksi sesaat setelah briefing evaluasi dilakukan, semuanya menyampaikan apa dan siapa yang mereka tidak suka kemudian solusinya. Besoknya setelah “malam renungan” itu, semuanya tampak kembali sehat di permukaan, namun hal yang sama kembali terulang hingga masing-masing dari kami sama-sama berpikir kegiatan “merenung” itu bukan lagi hal yang efektif jika akar masalahnya masih besar ego dan tak mau terbuang.

Jadilah waktu yang tersisa selama kkn itu kami lalui dengan perasaan makan hati, ego tinggi, wajah palsu, dan banyak lagi sampai-sampai gue pribadi merasa briefing kita soal proker pun menjadi basi dan alot seolah hanya orang-orang yang itu-itu saja yang mau buka suara, sementara yang lainnya hanya terima saja atau sekedar bicara saat ditanya. Tidak lagi seinteraktif dulu, sempat bertanya dalam hati “Kemana anggota tim gue dulu yang masih penuh canda saat rapat?”.
Hingga berlalunya waktu mungkin membuat kita terpaksa memahami saja satu sama lain, hingga di level tidak lagi ambil pusing dengan yang selalu mengulang kesalahan yang sama. Dan gue pun akhirnya tiba diposisi hanya akan bawel dan mengomeli mereka-mereka yang kooperatif dan sangat bisa diajak bekerja sama saja.

Dalam proses menerima karakter itu, juga tidak sedikit momen-momen manis yang tercipta. Dekatnya gue dan tim dengan pemuda-pemuda setempat menjadi setidaknya sedikit obat untuk melupakan sejenak rasa muak. Kumpul malam sambil menikmati kopi hangat yang acap kali dikomentari terlalu manis oleh para pemuda, sehingga menurut mereka kurang cocok dikatakan sebagai kopi, namun ga dipungkiri sajian itu menjadi ritual wajib yang gue dan teman gue buat tiap malamnya. Banyak obrolan, tukar pikiran, dan candaan yang terlontar dari mulut masing-masing. Sementara gue pribadi, selain kumpul bersama itu, bertemu dan mengajar anak-anak setempat serta ngerjain proker pribadi yang waktu itu gue kebagian menangani program kesehatan dan turun jadi MC untuk empat proker yang salah satunya merupakan program rutin desa, menjadi cukup membantu menghilangkan penat yang menumpuk kala berada di posko. Dan fyi, ada satu tempat yang gue selalu datengin kalau beneran butuh banget ngilangin bosan, yaitu sungai Salo (meskipun sekedar nyelupin kaki doang itu jujur ampuh banget).

Mungkin kalau gue ditanya momen apa yang paling berkesan, of course gue akan jawab momen-momen yang sampai saat ini masih melekat erat di kepala kala gue lagi diposisi sedang kangen-kangennya dengan proses tersebut. Satu, momen bareng anak-anak yang gue ajar sih. Karena jujur aja itu mood gue  banget kalau udah ada jadwal ngajar di dua sekolah di desa itu. Karena gue tipe orang yang pengen semua nya perfect, gue sampai mencari apa yang bikin anak-anak usia sekolah dasar itu semangat buat belajar. Sampai gue nemu satu video dengan konten ice breaking yang seru banget gitu, dan muncul lah ide kalau besoknya gue harus pakai cara yang sama biar anak-anak semangat. Dan bukan perez, cara tersebut efektif diterapkan sebelum pembelajaran dimulai. Dan tiap gue datang ke sekolah mereka pun, yang ditagih kalau udah liat muka gue selalu ice breaking even gue ga ada jadwal ngajar di kelas mereka.

Kedua, mungkin momen eksplorasi air terjun Batu Gajah yang fotonya bisa kalian lihat di penghujung tulisan ini nanti. Berkesan nya itu justru karena gue ambyar dah selama ngetrack pulang-pergi lokasi nya. Berangkat 5 orang dari tim gue (3 cowo 2 cewe termasuk gue), 1 porter yang ga lain pemuda setempat dan 1 lagi adiknya. Kita nekat aja tuh pergi jam 3 sore dengan harapan sampai sana kita bisa puas-puasin nikmatin view nya, karena diawal udah percaya kalau lokasi nya ga begitu jauh. Tapi ternyata setelah ditempuh 15 menit kurang lebih dengan motor, 1,5 jam sisanya ngetrack jalan kaki membelah sungai yang arusnya waktu itu lumayan deras. Bisa dihitung kalau gue jatuh dan terpeleset sampai 3 kali, sampai bangkit abis jatuh pun gue harus diem dulu baru bisa lanjut jalan. Fyi waktu itu sendal yang gue pakai itu swallow lurr, sangat tidak safety ya pantes gue bisa kejungkal berkali-kali. Kebayang sakitnya? Tapi sesuai kata pepatah No Pain No Gain, ya kan. Kurang lebih pukul 5 kita sampai di lokasi air  terjun nya. Sesuai Ekspektasi? Ga juga, tapi namanya gue seneng lihat air dan main air, jadilah itu cukup membantu ngurangin sedikit pegal-pegal di kaki dan pinggang gue. Berenang bentar yang ga bisa dibilang berenang juga karena ujung-ujungnya gue  ga lama berendamnya, karena feeling gue ga enak ga tau kenapa deh waktu itu (tapi ga cerita sama yang lain haha).
Teman-teman gue yang lain kelihatannya sangat bisa menikmati momen itu dengan berenang, terus kita foto-foto bentar, ngabisin logistik yang kita bawa sebelum berangkat, nyalain api buat bakar sampah yang kita bawa dan yang berserakan disekitar lokasi, dan senja kita pun berakhir di air terjun itu. Setelah adzan magrib kita baru bergerak keluar, ngetrack lagi dijalur yang sama dengan isi kepala gue yang sedikit berpikiran negatif. Karena situasi sekitar sudah mulai menggelap even bulan naik waktu itu penuh, tapi ga membantu penerangan dengan posisi kita yang ada di tengah-tengah hutan dan harus pulang dengan membelah lagi sungai yang sama. Ya Allah rasanya, mana sakit-sakit di badan gue mulai berasa lagi, tapi dalam hati udah negasin ke diri sendiri kalau ga boleh ngeluh, udah resiko 😭😭😭
Jadi selama ngetrack sungai itu, gue harus megangin tangan temen-temen cowo gue biar ga limbung terus jatuh lagi. Banyak banget drama, sampai akhirnya kita keluar dari sungai itu pas banget adzan isya. Habis dari air terjun itu, satu badan gue besoknya pegal dan kaki gue lebam masyaAllah haha.

Ketiga, masih seputar play around di air terjun, kali ini  lokasinya berbeda (Air terjun Guruh Gemurai). Dikatakan berkesan karena gue diajakin kesini pas banget saat gue lagi bosan-bosannya sama drama di posko. Plus nya lagi, dapat kenalan dong mahasiswa tematik dari univ lain waktu itu yang sampai sekarang kita masih keep in touch.

Momen-momen lain seperti, nyanyi bareng, makan bareng, explore alam bareng (total dari sekian banyak air terjun yang jadi ikon nya wilayah tersebut, at least 4 lokasi air terjun udah gue sambangin, yes!), ngerjain proker satu persatu dibantu pemuda, nonton pagelaran pacu jalur tahunan, sampai perayaan ultah anggota tim menjadi hal yang sampai saat ini masuk agenda wajib untuk diobrolkan saat kami reunian haha.

So, pertanyaan apakah proses kkn ini setelah berakhir pantas menjadi sesuatu yang dikangenin kemudian? Yang gue rasain IYA, terlepas dari semua masalah-masalah yang terjadi, drama-drama pelik, semuanya  pada akhirnya mengantarkan gue untuk bisa belajar memahami orang lain, berpikir kritis, menghargai suara luar, dan masih banyak lagi nilai moral yang gue dapet dari proses ini.
Suksesnya program kerja gue dan tim, tidak lepas sekali lagi dari kerja sama kami sebagai tim meskipun diwarnai perdebatan, bantuan perangkat desa, dan pemuda-pemuda desa yang ga pernah absen ngebantuin tim gue menjalankan proker. 

Thx for all the support that given for me and my team. Hal yang menyakitkan sekalipun ga seharusnya terlupakan karena udah menjadi bagian dari cerita itu sendiri. The pictures below are some moments that had captured at the time.


Monitoring dan Evaluasi (Monev DPL)
Salat Idul Adha 1440 H

Silahturahmi Idul Adha 1440 H

Demo Sikat Gigi dan Cuci Tangan yang Baik dan Benar SDN 017 Seberang Cengar 

Demo Sikat Gigi dan Cuci Tangan yang Baik dan Benar serta Foto Bersama MI Babussalam Seberang Cengar 

Upacara Perayaan Kemerdekaan HUT RI Ke- 73

Menonton Proses Latihan Pacu Jalur di Lubuk Jambi

Gotong Royong Lokasi Pengembangan Tematik : Air Terjun Patisoni

Pawai Obor dan Takbiran Idul Adha 1440 H

Play Around di Air Terjun Guruh Gemurai

Explore Air Terjun Batu Gajah (Seberang Cengar)



"Setiap orang punya masanya. Jika masamu habis. Buanglah diri. Tanam hal baru, tumbuhlah di tanah baru. Mulai lagi, juang lagi".
-Boy Chandra-

Comments

Post a Comment

Popular Posts